PUISITH.1953-1959 KARYA SLAMET KUNTOHADITOMO (1953) KARYA ANIS (1954) KARYA ARI BASUKI (1954) Zawawi Imron. PUISI, SAJAK, SONETA kayu jati bertimbal jalan. dimana badan tidak âkan lesuh, ibu mati ayah berjalan. PUISI, PANTUN, SELOKA PA PENGERTIAN GURINDAM, TALIBUN DAN SONETA. 1. Gurindam Gurindam adalah satu bentuk
Berikutbeberapa buku karya Achid. Buku kajian sastra dan tasawuf, Gandrung Cinta (2008). Buku kajian sastra, Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron (2009). Buku puisi, Yang (2011). Buku puisi, Kepayang (2012). Buku puisi, Hyang (2014). Website: www.wachid.8m.com
Contohanalisis makna puisi Sajak Anak Muda Karya W.S. Rendra. Larik Puisi: Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan Bukan pertukaran pikiran Bacalah kembali puisi âIbuâ Karya Zawawi Imron. Analisislah penggunaan diksi dalam puisi tersebut dengan menggunakan tabel berikut ini. 2. Menjelaskan Imaji dalam Puisi
cash. Ilustrasi artikel Teks Puisi Ibu Karya Zawawi Imron yang Penuh Makna. Sumber CatalogTeks puisi Ibu karya Zawawi Imron adalah salah satu puisi yang kerap dibaca pada pelajaran Bahasa Indonesia. Puisi ini memiliki makna yang dalam dan mengharukan. Dalam artikel berikut ini kita akan menyimak teks puisi Ibu karya Zawawi Imron serta unsur intrinsik dalam Intrinsik PuisiMenurut buku CCM Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X, XI, XII oleh Tomi Rianto 2018 79-80, teks puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair serta disusun dengan memperhatikan struktur fisik dan batinnya. Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang melekat sehingga dapat diamati secara langsung dalam teks puisi. Unsur-unsur intrinsik teks puisi adalah sebagai berikutJudul bukan hanya pelengkap puisi. Judul dan isi puisi memiliki kesatuan dan keutuhan makna. Melalui judul, dapat diketahui tentang apa yang puisi tersebut bicarakan atau sampaikan. Judul puisi yang baik itu adalah yang dapat menggambarkan keseluruhan isi puisi. Diksi adalah pilihan kata atau deretan kata terpilih. Diksi puisi adalah diksi yang singkat, padat, dan ekspresif. Imaji timbul sebagai akibat dari puisi yang dibaca atau didengar oleh seseorang. Rima adalah persamaan bunyi yang berulang-ulang, baik pada akhir, awal, atau tengah baris yang tujuannya untuk menimbulkan efek estetis. Majas gaya bahasa adalah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan pilihan kata atau kalimat tertentu. Ilustrasi artikel Teks Puisi Ibu Karya Zawawi Imron yang Penuh Makna. Sumber ChuckTeks Puisi Ibu Karya Zawawi ImronBerikut ini adalah teks puisi Ibu karya Zawawi Imron yang dapat anda simakkalau aku merantau lalu datang musim kemarausumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama rerantinghanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalirsedap kopyor susumu dan ronta kenakalankudi hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduanlantaran hutangku padamu tak kuasa kubayaribu adalah gua pertapaankudan ibulah yang meletakkan aku di sinisaat bunga kembang menyemerbak bau sayangibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumiaku mengangguk meskipun kurang mengertibila kasihmu ibarat samuderatempatku mandi, mencuci lumut pada diritempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauhlokan-lokan, mutiara, dan kembang laut semua bagikukalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawannamamu, ibu, yang kan kusebut paling dahuluengkau ibu dan aku anakmubila aku berlayar lalu datang angin sakalTuhan yang ibu tunjukkan telah kukenalibulah itu bidadari yang berselendang bianglalamenyuruhku menulis langit biruIlustrasi artikel Teks Puisi Ibu Karya Zawawi Imron yang Penuh Makna. Sumber HazelwoodItulah teks puisi Ibu karya Zawawi Imron serta penjelasan unsur intrinsik puisi. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan Anda mengenai puisi. IND
Analisis Penggunaan Diksi Puisi IBU Karya D. Zawawi Imron Dalam menulis puisi, penyair tentu sangat memperhatikan penggunaan Diksi. Diksi atau pilihan kata dalam puisi mencakup tiga aspek penting yaitu - Makna kias makna konotatif - Makna Simbol- Rima atau Persamaan Bunyi Makna konotatif adalah makna kiasan, sebagai pengganti maksud dari penyataan. Bedanya dengan makna simbol adalah, simbol mewakili suatu hal yang disepakati oleh banyak orang. Rima atau Persamaan Bunyi adalah penggunaan bunyi, atau bunyi akhir kata atau larik dalam puisi. Salah satu puisi yang dapat dianalisis dari segi penggunaan Diksi adalah Puisi Ibu karya D. Zawawi Imron. Puisi Ibu yang karya penyair asal Madura ini dianalisis dari Aspek Diksi Makna Konotatif, Aspek Diksi makna Simbol, dan Aspek Diksi Rima. Dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas X, terdapat Tugas halaman 263 yang berisi petunjuk 1. Bacalah kembali puisi âIbuâ Karya Zawawi Imron. 2. Analisislah penggunaan diksi dalam puisi tersebut dengan menggunakan tabel berikut ini. Meskipun tabelnya terlalu sempit untuk langsung ditulis di dalamnya. Tapi, adanya tabel analisis tersebut cukup membantu memahami penggunaan diksi dalam puisi âIbuâ karya Zawawi Imron. Sebelum menganalisis, kita baca kembali puisi tersebut IBU Karya D. Zawawi Imron Kalau aku merantau Lalu datang musim kemarau Sumur-sumur kering, Daunan pun gugur bersama reranting Hanya mata air air matamu ibu, Yang tetap lancar mengalir Bila aku merantau Sedap kopyor susumu Dan ronta kenakalanku Di hati ada mayang siwalan Memutikkan sari-sari kerinduan Lantaran hutangku padamu Tak kuasa kubayar Ibu adalah gua pertapaanku Dan ibulah yang meletakkan aku di sini Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi Aku mengangguk meskipun kurang mengerti Bila kasihmu ibarat samudera Sempit lautan teduh Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan Namamu, ibu, yang akan kusebut paling dahulu Lantaran aku tahu Engkau ibu dan aku anakmu Bila aku berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala Sesekali datang padaku Menyuruhku menulis langit biru Dengan sajakku Sumber Antologi Puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin. 1996 Makna Konotatif Puisi Ibuâ Karya D. Zawawi Imron Larik yang memiliki makna kias atau makna konotatif dalam puisi berjudul Ibu ini antara lain Kalau aku merantau Lalu datang musim kemarau Larik puisi di atas memiliki makna kias. Karena yang dimaksud dengan musim kemarau yang dimaksud bukanlah tentang cuaca. Tapi tentang kondisi yang kemarau. Merantau adalah mencari penghasilan ke luar dari daerahnya, jauh dari rumah. Lalu datang musim kemarau memiliki makna kias yaitu keadaan paceklik, tidak memiliki penghasilan yang memadai, bahkan cenderung kurang. Hanya mata air air matamu ibu, Yang tetap lancar mengalir Larik puisi di atas, juga mengandung makna kias. Mata air, air matamu ibu bukan berarti ibu sedang menangis, tapi doa-doa dan kasih sayang dari ibu yang tak pernah kering. Tak pernah kemarau. Larik puisi di atas memiliki makna kias Kasih sayang dan doa-doa ibu tidak pernah berhenti, apapun keadaan yang dialami oleh anak-anaknya. Makna Simbol dalam Puisi Ibuâ Karya D. Zawawi Imron Meskipun perbedaan antara makna kias dan makna simbol sangat tipis, tapi dapat dibedakan. Makna kias adalah makna keseluruhan larik. Sementara makna simbol cendurung merujuk pada satu kata. Berikut ini adalah larik-larik puisi Ibuâ yang memiliki makna simbol, antara lain Ibu adalah gua pertapaanku Dalam larik puisi di atas, ibu disimbolkan sebagai gua. Jadi larik tersebut mengandung makna simbol. Khususnya dalam kata gua. Gua yang dimaksud dalam larik tersebut merupakan simbol tempat berteguh dan berlindung. Dengan menggunakan diksi simbol, maka penyair D. Zawawi Imron hendak menggambarkan bahwa ibu adalah tempat berteguh, berlindung, dari kerasnya keadaan alam liar kehidupan. Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri Makna simbol selanjutnya terdapat pada larik di atas, khususnya pada kata lumut. Lumut dalam larik puisi tersebut merupakan simbol dari kesalahan. Jadi, merupakan kesalahan yang seharusnya dibersihkan. Lumut dalam makna sebenarnya adalah sejenis organisme yang mengganggu, licin, dan kotor. Dibersihkan dengan mandi. Kata mandi juga merupakan simbol untuk membersihkan kesalahan yang pernah dilakukan. Menebus kesalahan dan tidak melakukannya lagi. Rima dalam Puisi Ibuâ Karya D. Zawawi Imron Rima yang terdapat dalam pada puisi Ibu antara lain berupa rima kembar bepola dan penggunaan aliterasi dan asonansi. Rima kembar berpola terdapat pada larik puisi berikut Kalau aku merantau Lalu datang musim kemarau Sumur-sumur kering, Daunan pun gugur bersama reranting Secara vertikal keempat larik puisi di atas diakhiri bunyi yang berpola a-a-b-b. Baris pertama dan kedua sama-sama diakhiri bunyi au dalam kata meran-tau dan kema-rau. Kedua kata tersebut sama-sama diakhiri dengan bunyi yang sama. Baris ketiga dan keempat, juga sama-sama diakhir bunyi âing dalam kata ke-ring dan reran-ting. Baris pertama sama dengan baris kedua, baris ketiga sama dengan baris keempat. Maka disebut dengan rima kembar berpola. Selanjutnya, dalam puisi Ibu, penyair D. Zawawi Imron juga banyak menggunakan perulangan konsonan dalam satu larik puisi. Selain itu juga tedapat asonansi dalam puisi tersebut. Asonansi adalah perulangan bunyi vokal dalam satu baris puisi. Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri Pada larik puisi tersebut, D. Zawawi Imron menggunakan perulangan bunyi i pada kata mandi, mencuci, dan kata diri. Aliterasi adalah perulangan bunyi konsonan dalam satu baris puisi. Sumur-sumur kering Daunan pun gugur bersama reranting Dalam kedua larik puisi Ibuâ tersebut, D. Zawawi Imron menggunakan kata yang mengandung konsonan râ secara berulang-ulang. Penggunaan aliterasi râ dalam larik puisi di atas menggambarkan kegersangan dan getaran-getaran yang kuat saat puisi tersebut dibaca. Aliterasi juga terdapat dalam larik Ibulah itu bidadari berselendang bianglala Dalam larik di atas, terdapat perulangan bunyi b dalam kata ibulah, bidadari, berselendang, bianglala. Dengan penggunaan bunyi b yang berulang ini, juga menggambarkan keindahan saat dibaca. Sebuah upaya yang senada dengan usaha menggambarkan keindahan ibu yang seperti bidadari dengan pakaian bianglala pelangi. Demikian penjelasan dan analisis Diksi dalam Puisi Ibuâ Karya D. Zawawi Imron. Dengan menganalisis makna konotasi, makna simbol, dan rima dalam puisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ibu adalah sosok terindah yang selalu menyayangi anaknya terlebih ketika sang anak sedang dalam kondisi kesusahan. Semoga bermanfaat, salam Pustamun!
Analisis Puisi â IBUâ Karya D. Zawawi Imron â IBUâ Karya D. Zawawi Imron Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir Bila aku merantau Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar Ibu adalah gua pertapaanku Dan ibulah yang meletakkan aku di sini Saat bunga kembang menyerbak bau sayang Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi Aku mengangguk meskipun kurang mengerti Bila kasihmu ibarat samudera Sempit lautan teduh Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh Lokan-lokan, mutiara dan kembaang laut semua bagiku Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu Lantaran aku tahu Engkau ibu dan aku anakmu Bilaa berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala Sesekali datang padaku Menyuruhku menulis langit biru Dengan sajakku Puisi IBUâkarya Imron menggunakan sarana retorik repetisi atau pengulangan untuk mengemukakan gagasannya terhadap sosok ibu /Bila aku merantau/Bila kasihmu ibarat samudera/Bila berlayar lalu datang angin sakal/hal itu menggambarkan BILAâ atau jika si Aku menghadapi sesuatu, atau mengibaratkan sesuatu yang menegaskan sosok si âibuâ. Tidak hanya sarana reptisi saja, namun Imron juga menggunakan majas Hiperbola, seperti/Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir/Menyuruhku menulis langit biru/ Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala/hiperbola adalah sesuatu yang dilebih-lebihkan air mata manusia memiliki batasan, manusia tidak dapat menulis di langit biru, dan bianglala adalah pelangi, penulis melebihkan penggambaran terhadap ibunya yang berselendang pelangi sebagai bentuk kekagumannya terhadap sosok Ibu. Penggunaan diksi dalam puisi ibuâ simile/ Bila kasihmu ibarat samudera/mengibaratkan sesuatu, puisi tersebut juga banyak menggunakan konotasi bukan sebenarnya /Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku/Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan/Ibu adalah gua pertapaanku / itu bukanlah makna yang sebenarnya, seperti contoh; gua pertapaan bukan berarti gua yang terbuat dari batu untuk bertapa namun perumpamaan Gua sebagai tempat yang tenang untuk penulis kembali;tempat bernaung;tempat berlindung/ Bila berlayar lalu datang angin sakal/ artinya bila dia menjalani kehidupan lalu datanglah masalah/ Saat bunga kembang menyerbak bau sayang/ kasih sayang seorang ibu/ Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri/tempat dimana seorang anak mencari petunjuk;nasihat;dan merenungi kesalahannya. Imaji yang digunakan Puisi Ibu, imaji perasa/ Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku/ imaji penglihatan Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting/Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir/Saat bunga kembang menyerbak bau sayang/Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi. Imaji penciuman / Saat bunga kembang menyerbak bau sayang. Imaji perasaan/ Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan/ Puisi Ibu menggambarkan rasa kagum seorang anak terhadap sosok Ibunya, hingga penulis banyak menggunakan perumpamaan yang indah untuk sang Ibu.
analisis puisi ibu karya zawawi imron