AmarMa'ruf Nahi Munkar: Urgensi, Dalil, Fleksibilitas Hukum, dan Konsep Dasar Praktik Penerapannya. Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah jihad yang akan terus dilakukan oleh seorang muslim, karena merupakan salah satu pokok dasar tegaknya peradaban Islam yang tak mungkin tercapai tanpa adanya syariat Al-Amru bil Ma'rufi wan Nahyu 'anil Munkari. ImamAl Ghazali berkata : "Sesungguhnya aku telah mendapatkan pengertian dari ayat ini, bahwa barangsiapa yang meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar, maka ia jelas telah keluar dari keimanan.". Dan yang memperkuatkan atas ini adalah, sabda dari Rasulullah saw. : "Barangsiapa di antara kalian melihat suatu perbuatan munkar lalu Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Fast Money. Khazanah dalil tentang amanat amar ma’ruf nahi munkar amatlah berlimpah. Saya kutipkan sedikit saja. Surat Ali Imran ayat 104-105 “Dan hendaklah sebagian dari kalian menjadi golongan yang menyeru kepada kemakrufan dan mencegah dari kemungkaran amar ma’ruf nahi munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kalian menyerupai golongan orang yang berpecah-belah dan bermusuhan setelah turunnya keterangan ini al-Qur’an, mereka itulah golongan orang yang ditimpa azab yang pedih.”Lalu hadis yang amat terkenal ini Dari Abi Sa’id al-Khudri Ra ia berkata Aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda “Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya, dan jika tak bisa, ubahlah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” HR Muslim.Kemudian, akan saya lengkapi dengan nukilan surat An-Nahl ayat 125 di sini. Saya meyakini bahwa membicarakan amanat amar ma’ruf nahi munkar musykil meninggalkan ayat ini, sebab di dalam ayat inilah tiga jenis metode dakwah itu ditetapkan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ayat ini merupakan takhshish tafsir yang mengkhususkan makna yang umum di ayat-ayat amar ma’ruf nahi munkar lainnya yang harus diperhatikan dengan Quraish Shihab dalam Al-Mishbah jilid 6 memberikan penerjemahan begini “Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dia lah yang lebih mengetahui siapa orang-orang yang mendapat petunjuk.”Nyaris seluruh ayat tentang amar ma’ruf nahi munkar termasuk yang telah kita bicarakan luas di bagian Khairul Ummat, yakni surat Ali Imran ayat 110 mengandung kesan bahwa makna yang dituju adalah semua umat Islam wajib menjalankannya. Benarkah begitu?Saya cenderung mengatakan bahwa amar ma’ruf nahi munkar berlaku kepada kalangan yang mampu menjalankannya belaka. Ini bisa ditemukan dalam surat Ali Imran ayat 104 di atas. Ada kata “minkum”, sebagian dari ini saya kira akan menjadi makin kokoh jika dirujukkan secara tematik maudhu’i kepada ayat tentang Khairul Ummat Ali Imran 110, yang dalam kitab-kitab tafsir yang telah saya rujuk dan kaji memperlihatkan suatu sifat perbuatan “mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran” yang kandungan dan caranya “selaras dengan nilai-nilai hidup suatu masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi”.Ingat, keselarasan ini bukan hanya ihwal kandungannya, toh semua kita tanpa syak bersepakat bahwa semua kandungan agama Islam adalah kebenaran dan kebaikan. Karenanya, perihal konten, tak ada ikhtilaf apa pun di antara para ulama dan juga semua umat Islam akan pentingnya syiar Islam untuk terus dijalankan. Jangan lupakan perihal cara menjalankannya, sebab ini pun sangat menentukan terhadap keselarasan dengan “nilai-nilai hidup suatu masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi”Mari kita uji sekilas. Ayat tentang menjalankan puasa Ramadhan benar mutlak. Semua sepakat. Umpama ada orang-orang yang tidak berpuasa, kita meyakini secara syariat mereka melakukan kesalahan dan pelanggaran. Bagaimana cara memberitahukan, mengingatkan, atau mengajak mereka meninggalkan kesalahan dan pelanggaran syariat itu? Inilah urgensi Anda langsung mendatangi mereka dan memaki-makinya atau menggebukinya dengan tamparan-tamparan dan pentungan-pentungan, walau Anda nukil ayat-ayat dan hadis-hadis tentang pelanggaran mereka, itu takkan mendatangkan kemaslahatan. Sebaliknya, yang teradi pasti madharat belaka. Bisa perkelahian, bahkan kebencian dan dendam kesumat. Cukuplah merebaknya madharat selalu menjadi pengingat buat kita semua bahwa sikap demikian bermasalah, luput, tidak pada tempatnya, dan karenanya justru bertentangan dengan asas pokok kerahamatan syariat cerita bila Anda mendekati mereka dengan cara-cara persuasif, humanis, etis, niscaya takkan ada gelegak kebencian dan kemarahan antara diri Anda dan Mus dengan arif menasihatkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar sama sekali tak cukup untuk dijalankan dengan tanpa kompetensi keilmuan yang mendalam terkait agama itu sendiri dan pula cara menjalankannya dengan makruf. Jadi, orang yang menjalankan amanat amar ma’ruf nahi munkar haruslah memiliki dua pilar pokoknya terlebih dahulu keilmuan yang mumpuni tentang agama Islam dan tahu dengan arif dan bijak cara menjalankan amar ma’ruf nahi munkar agar berbuah keselarasan dengan “nilai-nilai hidup suatu masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi”.Mesti kita akui di titik ini, musykillah lalu semua orang mampu memiliki dua kompetensi tersebut keilmuan dan kearifan, sehingga logis saja bila dikatakan “minkum, sebagian dari kalian”.Lalu tepat pada aspek inilah surat An-Nahl 125 tadi menjadi sangat urgen untuk dipahami dengan saksama. Ada tiga metode yang diletakkan ayat tersebut, yakni 1 dakwah dengan hikmah, 2 dakwah dengan nasihat yang baik mau’idah hasanah, dan 3 dakwah dengan dialog/debat yang lebih kita kulik lebih hikmah adalah cinta kepada kebenaran dan kebaikan yang dijalankan dengan baik dan benar pula. Hikmah, katakanlah, segala kebajikan yang dikembangkan dengan kebajikan sehingga buahnya selalu adalah kebajikan. Jika ada suatu ayat yang dijalankan dan diarahkan kepada sesuatu dan membuahkan dampak yang tidak baik lagi, maka itu bukan bagian dari hikmah. Maksudnya, cara mengembangkan dan Asyur dalam tafsirnya, Al-Tahrir wa al-Tanwir, mengatakan bahwa hikmah merupakan khazanah nilai-nilai kebaikan yang mengarahkan perjalanan hidup manusia menjadi lebih baik lagi secara jadi teringat pada tafsirnya tentang Shiratal Mustaqim di ujung ayat surat Al-Fathihah. Beliau Ibnu Asyur mengatakan bahwa bangunan Islam tidaklah semata apa yang terjadi di awal pembentukannya, tetapi keseluruhan hal dan nilai yang lahir sejak awal kebaradaannya dan terus berjalan kelindan hingga akhirnya secara statemen beliau ini sinambung dengan narasinya “khazanah nilai-nilai kebaikan yang mengarahkan perjalanan hidup manusia menjadi lebih baik lagi secara berkesinambungan.” Maka dinamika khazanah nilai hidup umat Islam menjadi satu kesatuan perjalanan keimanan dan ketakwaan serta keihsanan yang atas tujuan tersebutlah amanat amar ma’ruf nahi munkar seyogianya Quraish Shihab menerjemahkan hikmah sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar. Memilih perbuatan yang terbaik dan selaras adalah perwujudan dari hikmah. Memilih sesuatu yang terbaik dan sesuai dari hal yang buruk pun dinamai hikmah. Pelakunya disebut hakim bijaksana. Siapa yang tepat dalam penilaiannya dan dalam pengaturannya, dialah yang wajar menyandang sifat ini atau dengan kata lain dia yang hakim bijaksana.Tentu saja ejawantahnya akan menjadi sangat luas dan beragam. Tergantung kepada konteks masing-masing. Namun kita mengerti bahwa seluruh konteks dimaksud hendaknya selalu selaras dengan asas “nilai-nilai hidup suatu masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi”. Karenanya, walaupun ada ayatnya, kita sulit untuk mengatakan arif dan bijaksana cum hikmah kepada suami yang menggebuki istrinya dengan niat mendidiknya agar menjadi istri yang lebih baik lagi. Ayat “fadribuhunna” tersebut tentulah wajib untuk dijalankan degan asas hikmah tadi dengan tanpa kehilangan konteks musababnya. Begitu pengertian ini ditohokkan kepada kasus sejumlah orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan ini, maka metode hikmah meniscayakan cara syiar yang arif dan bijaksana agar tetap selaras dengan nilai-nilai etis hidup masyarakat. Terlihat di sini bahwa memaki dan memukuli mereka niscaya bukanlah cara yang sesuai dengan nilai-nilai hidup masyarakat tersebut. Karenanya, itu bukanlah cara yang benar untuk mau’idah hasanah memaksudkan nasihat atau pemberitahuan bagaikan Nabi Saw menjalankan pemberitahuan mana jalan yang benar sesuai syariat Allah Swt dan peringatan kepada akibat yang ditimbulkannya bila untuk mencermati bahwa memberikan nasihat tak serta-merta bergerak selaras dengan maslahat. Itu artinya suatu nasihat bisa saja justru mendampakkan pertentangan dengan “nilai-nilai hidup suatu masyarakat”.Misal, Anda melihat seseorang perempuan tak dikenal di sebuah mal berjalan dengan mengenakan celana pendek yang memamerkan pahanya sedemikian rupa hingga rawan betul memicu rangsangan syahwat kepada liyan. Anda tidak bisa tiba-tiba mencegatnya dan menasihatinya untuk menutup aurat dengan lebih baik lagi. Syiar Anda benar, tetapi cara Anda menjalankan nasihat itulah yang tidak benar. Kata orang Jawa, ora pener. Wajarlah jika Anda berisiko mendapat respons negatif darinya. Jangankan syiar Anda masuk kepadanya, bahkan Anda sendiri bisa saja terseret emosi lalu terjadilah pertengkaran. Jika ini yang terjadi, detik itu juga Anda telah melakukan perbuatan melampaui batas yang dikecam oleh al-Qur’ surat Ali Imran ayat 105 yang telah saya nukil di berhati-hatilah dan bersaksamalah selalu. Hal baik bisa saja meruahkan ketidakbaikan jika tidak dikaji dan dicerna matang-matang dulu secara akal sehat dan hati yang bening. Ia pun memerlukan spirit hikmah tadi arif dan jangan lagi berbuat ceroboh atas nama dakwah Islamiyah cum amar ma’ruf nahi munkar; jangan biarkan diri sendiri terseret dan terjungkal ke lubang permusuhan yang dibenci-Nya; jangan tegakkan kemaslahatan dengan cara tidak maslahat. Jangan mengsuir semur-semut di pohon rambutan yang berbuah ranum dan manis dengan cara membakarnya, karena hanya kerugianlah yang akan Ushul Fiqh mengatakan al-dhararu yuzal wa la yuzalu al-dhararu bi al-dharar, suatu kemadharatan harus dihilangkan akan tetapi kemadharatan itu tak boleh dihilangkan dengan cara yang madharat.Ketiga, dialog/debat dengan cara yang lebih baik. Sejumlah mufassir di antaranya At-Thabathaba’i dan Prof. Quraish Shihab menerjemahkan metode ketiga ini khusus untuk membantah atau membungkam serta kemudian meluruskan pendapat-pendapat yang melenceng tentang agama Allah Swt ini. Di dalam al-Qur’an sendiri, banyak ayat yang secara khusus memberikan bantahan dan bungkaman kepada orang-orang yang tidak beriman atau melencengkan ajaran agamanya hingga tersesat, sebagaimana banyak diderakan kepada kaum Yahudi yang tidak menjalankan hanifan musliman warisan Nabi Ibrahim yang dimaksud “ahsan” lebih baik ialah pada konten-konten dan argumen-argumen dialog/debat yang dibangun, agar menjadi teranglah kebenaran yang haq dari agama Allah Swt esensi maksud wa jadilhum billati hiya Quraish Shihab dengan terang mengatakan ketiga metode dakwah tersebut memiliki segmennya masig-masing. Jika hikmah ditujukan kepada kaum berpengetahuan baik atau cerdik-pandai, mau’idah hasanah ditujukan kepada segmen awam, dan dialog/debat yang lebih baik itu ditujukan kepada orang-orang beda iman yang melencengkan ajaran tauhid agama ini, saya pribadi hanya ingin memberikan penekanan bahwa dalam praktiknya yang niscaya memiliki konteks majemuk, asas-asas ketiga metode tersebut amat mungkin untuk dijalankan dengan tidak bersegmen-segmen begitu pokoknya, saya kira yang mesti selalu menjadi spirit hakikinya dalam semua konteks amar ma’ruf nahi munkar ialah hikmah itu. Jika disarikan bahwa hikmah adalah semburat cahaya cinta yang lahir dari kedalaman ilmu dan kejernihan hati kepada siapa pun sehingga semata sikap-sikap arif nan bijaksana yang dihamparkan, begitulah seyogianya dakwah agama ini dijalankan. Soal apakah sasaran yang sedang dihadapi golongan awam, atau cendekiawan, atau lintas iman, dan lain sebagainya, itu semua berada di ranah konteks khas masing-masing situasinya. Karenanya, telah saya nyatakan tadi bahwa memahami konteks-konteks khusus menjadi keniscayaan yang mutlak untuk dinalar, dipahami, dikaji, dan dirasa-rasakan sepenuh jernih khazanah fiqh, sekali lagi saya ulangi, pencuri tak mesti dihukum dengan potong tangan. Bisa saja ia diampuni dari ancaman hukuman tersebut, malah disantuni, jika ia mencuri karena memenuhi kebutuhan darurat kelangsungan hidupnya dan hikmah yang bersumber dari kerahmatan Islam peletakan hikmah di urutan pertama ayat tersebut saya kira bisa jadi mengandung pengertian supaya ia menjadi payung besar bagi langkah-langkah dakwah lainnya. Contoh pembandingnya ialah surat an-Nahl ayat 126 yang bertutur tentang bolehnya kita melakukan pembalasan baca menuntut hak atas kezaliman yang dilakukan orang lain. Tetapi lalu segera ditafdhilkan diberi pilihan lebih utama di ayat yang sama bahwa jika memilih bersabar atas kezaliman tersebut, itulah nilai yang lebih baik bagi orang-orang yang di ayat berikutnya, 127, difirmankan “Bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan berkat pertolongan Allah Swt dan janganlah bersedih kepada mereka dan jangan merasa sempit dada atas tipu daya kezaliman mereka.”Tegasnya, mengedepankan bersabar dengan menyandarkan diri kepada pertolongan Allah Swt atas suatu kezaliman yang menimpa kita adalah sikap rohani teragug sang hamba-Nya. Maka jika sifat agung tersebut dijadikan pilihan terbaik, dapat diyakini bahwa memilihnya merupakan “lebih dikehendaki” oleh ayat bisa menyaksikan kenyataaan hal ini dalam hukum qishas. Keluarga boleh menuntut sang pembunuh untuk diqishas, tetapi jika keluarga memaafkan itu sungguh jauh lebih diuatamakan. Inilah yang dulu diterapkan oleh Khalifah Utsman bin Affan dan berhasil menyelamatkan nyawa Abdullah bin Umar bin Khattab yang membalas pembunuhan ayahandanya walaupun sebagian kecil sahabat tak menyetujuinya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib termasuk orang yang sangat menyetujui dan turut memperjuangakn ishlah kiranya kepada asas hikmah yang terlihat terang sekali merupakan spirit terbesar dalam segala bentuk gerakan amar ma’ruf nahi munkar ingin tambahkan ayat berikut sebagai permenungan buat kita semua yang hendak menjalankan amar ma’ruf nahi Ali Imran 159 “Maka disebabkan rahmat dari Alah Swt lah kamu bisa bersikap lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan berembuklah dengan mereka dalam urusan itu.”Mari berendah hati selalu bahwa ikhtiar rasional kita mesti dibatasi pada semata menyampaikan ajaran agama ini demi makin tegaknya keimanan, ketakwaan, dan keihsanan. Tidak bergerak lebih jauh hingga rawan terseret melampaui batas. Berikutnya, setelah ikhtiar dakwah bernaungkan hikmah itu dijalankan, serahkanlah kepada Allah Swt dengan memperbanyak permohonan kepada-Nya agar hidayah dan taufik-Nya dicurahkan kepada diri, keluarga, dan semua ingat, jangankan kita, bahkan Rasulullah Saw tidak punya wewenang untuk mengaruniakan hidayah kepada orang lain yang dikasihinya sekalipun. Lihatlah kembali surat Al-Qashas ayat 56. Lalu mari ingat lagi, jangankan kita, bahkan Rasulullah Saw pun dilarang oleh Alah Swt untuk menjalankan syiarnya dengan paksaan dalam segala bentuknya tentu saja. Lihatlah kembali surat Yunus ayat Rasulullah Saw menjalankan semua syiar Islam dengan sepenuh-penuhnya kerahmatan, kasih sayang, pengampunan, pemaaafan, etika kemanusiaan, cum ihsan dan akhlak jadikan perenungan mendalam pada masing-masing kitaPertama, hidayah adalah mutlak hak prerogatif Allah tugas amar ma’ruf nahi munkar harus dijalankan oleh orang-orang yang berilmu dan arif bijaksana saja. Bukan sembarang orang, apalagi semua memahami konteks sasaran dakwah beserta seluruh tantangan dan problematika riilnya mesti dikaji semendalam mungkin dengan akal sehat dan hati yang hikmah cum cinta merupakan spirit agung yang mesti selalu dilambarkan kepada setiap gerakan amar ma’ruf nahi jangan sekali-kali melakukan ucapan dan tindakan yang melampaui batas, yakni bertikai, berpecah-belah, dan bermusuhan. Jauhkan diri dari segala risiko negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur masyarakat yang pasti selaras dengan etika kemanusiaan siapa yang sampai terjatuh kepada praktik negatif demikian, baik ucapan ataupun tindakan, seketika ia terlontar dari hamparan subulus salam yang dikandung shiratal mustaqim; sebab niscaya itu hukanlah hikmah; niscaya itu hanyalah letupan hawa nafsu dan bajakan setan yang paling ahli mengelabui. Syariat Islam yang bertahtakan kemaslahatan tidak mengenal jalan ejawantahkannya kecuali kemaslahatan mari berbanyak doa dan permohonan kepada Allah Swt semoga makin hari semua kita diri dan orang lain yang kita dakwahi semakin dekat kepada jalan-Nya dan Dan begitu pulalah hadis tentang “mengubah kemungkaran” di atas seyogianya dipahami dan peta tersebut menjadi sangat urgen dan krusial; apalagi belakangan ini kita makin kerap saja menemukan ungkapan dan tindakan yang secara lahiriah bermahkotakan syiar Islam, amar ma’ruf nahi munkar, tetapi cara menjalankannya jauh benar dari cahaya kekarimahan dan maaf, kepada Anda yang sedang berada di lingkaran demikian, kiranya jalan terbaiknya ialah segera keluar meninggalkannya. Carilah lingkaran lain, guru lain, kajian lain, yang lebih selaras dengan keihsanan cum akhlak lagi, maaf. Nyuwun JUGA Kultum Ramadhan Lainnya di Sini Ilustrasi jelaskan pentingnya penguasa yang adil bagi tegaknya amar ma'ruf nahi munkar - Sumber pentingnya penguasa yang adil bagi tegaknya amar ma'ruf nahi munkar adalah pertanyaan dalam pelajaran agama Islam. Tepatnya, soal tersebut ada pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Kelas 12 SMA/SMK/SMK/MAK, Penerbit Duta. Dalam Islam, penguasa adalah individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan politik dan otoritas dalam memimpin suatu wilayah. Penguasa bertanggung jawab menjalankan tugas kepemimpinan dan memerintah umat dengan berlandaskan ajaran Pentingnya Penguasa yang Adil bagi Tegaknya Amar Ma'ruf Nahi Munkar!Ilustrasi jelaskan pentingnya penguasa yang adil bagi tegaknya amar ma'ruf nahi munkar - Sumber ajaran agama Islam, penguasa yang adil memiliki peran yang sangat penting dalam tegaknya amar ma'ruf nahi munkar, yaitu menyuruh pada yang ma'ruf kebaikan dan mencegah dari yang munkar kejahatan. Berdasarkan buku Kepemimpinan dalam Perspektif Islam, Ari Prasetyo, Zifatama Jawara, 2014, pentingnya penguasa yang adil dalam Islam artinya memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Penguasa yang adil memiliki tanggung jawab untuk menjaga keadilan, menegakkan hukum syariat, melindungi hak-hak rakyat, dan menghindari penyelewengan dalam menjalankan tugas yang adil bertindak sebagai wakil Allah SWT di dunia ini dan berkewajiban untuk memastikan tegaknya ajaran-ajaran Islam yang benar. Seperti mengedepankan keadilan, menghormati hak asasi manusia, menegakkan kebenaran, serta menjaga itu, penguasa yang adil bagi tegaknya amar ma'ruf nahi munkar juga berperan dalam memberikan perlindungan terhadap umat Islam. Mereka harus melawan berbagai penindasan dan pelecehan terhadap agama, serta memastikan pelaksanaan ibadah secara bebas dan aman. Dalam Islam, umat dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendorong dan melaksanakan kebaikan, serta mencegah dan melawan segala bentuk kejahatan dan kemungkaran. Peran penguasa yang adil sangatlah penting dalam mewujudkan hal adalah karena penguasa memiliki otoritas dan kekuasaan. Otoritas dan kekuasaan tersebut dapat digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mendukung amar ma'ruf nahi demikian, penguasa yang adil memiliki peran strategis dalam tegaknya amar ma'ruf nahi munkar dalam Islam. Kehadiran penguasa yang adil akan membantu menciptakan masyarakat yang berlandaskan keadilan, moralitas, dan ketertiban yang harmonis. Demikian penjelasan sebagai jawaban dari pertanyaan jelaskan pentingnya penguasa yang adil bagi tegaknya amar ma'ruf nahi munkar dalam Islam. Hal tersebut penting agar umat dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai agama dari Allah SWT dan Rasul-Nya. DNR Ilustrasi amar maruf nahi munkar. Foto ShutterstockAmar ma’ruf nahi munkar merupakan prinsip utama yang harus dipegang oleh umat Islam. Prinsip ini menekankan pada perintah menyeru kebaikan dan mencegah keburukan. Dalam surat Ali Imran ayat 104, Allah Swt berfirmanوَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."Dalam ayat tersebut, Allah mengatakan bahwa orang yang menyeru amar ma’ruf nahi mungkar termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Sebab, mereka akan selalu dinaungi oleh kebenaran dan dijauhkan dari balik itu, amar ma'ruf nahi munkar ternyata mengandung makna yang lebih dalam. Apakah itu? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Contoh SikapnyaSejatinya, Islam adalah agama yang membawa kebenaran. Maka, amar ma’ruf nahi munkar dapat diartikan sebagai sikap menyeru pada ajaran Islam dan mencegah segala hal yang bertentangan mengajarkan anak mengaji Foto ShutterstockDalam jurnalnya yang berjudul Mengutip Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin dan Relevansinya dengan Dakwah Zaman Modern di Indonesia 2019 41, Mar’atus Sholihah mengatakan bahwa amar ma’ruf nahi munkar erat kaitannya dengan akhlak praktiknya, orang yang menerapkan prinsip ini akan melaksanakan rencana-rencana perbaikan akhlak dan mencegah dirinya dari kejahatan yang disebutkan pula dalam sebuah riwayat lain bahwa amar ma’ruf nahi munkar erat kaitannya dengan iman seseorang. Dari Abu Sa'id al-Khudriy, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda"Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran, hendaklah ia mencegah kemunkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman." HR. Muslim, no. 49Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa kemunkaran hendaknya dicegah semaksimal mungkin. Umat Muslim harus menggunakan tangan, lisan, dan hatinya dalam mencegah kemunkaran. Sebab, ini adalah bagian daripada berdoa. Foto Shutter StockDalam perbuatan ma’ruf, umat Muslim juga perlu mengamalkannya semaksimal mungkin. Menurut Ash-Shabuni 1997220 dalam kitab tafsirnya, ma’ruf mencakup perbuatan yang diperintahkan oleh syariat dan bisa diterima oleh akal contoh perbuatannya sangat beragam, di antaranya mengamalkan rukun Islam, bersikap jujur, sabar, membantu orang yang membutuhkan, sedekah, silaturahmi, menghormati orang tua, dan pandangan Islam, menyeru kepada kebenaran dan menegakkannya, menafkahkan harta di jalan Allah SWT, dan berjuang melawan kezaliman merupakan perbuatan penting yang ditekankan dalam amar ma’ruf nahi sudah menjadi kewajiban manusia untuk menghidupkan dan memelihara perbuatan tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya"Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada mengerjakan pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”QS. Ali Imron 114Apa itu amar ma'ruf nahi munkar?Apa contoh amar ma'ruf?Bagaimana cara mencegah kemunkaran?

ceramah amar ma ruf nahi munkar